Cerita dikir, nenek tua dan tongkatnya serta para fotografer,salah siapa ?
Pernah satu waktu saya sedang berdiri dekat parkiran salah satu pasar tradisional di Yogya. Sedang asik membalas beberapa teks teks lewat handphone, tiba-tiba saya mendapatkan pukulan dari sebuah tongkat yang mendarat di kaki saya. Masih kaget dan menahan rasa sakit, pukulan itu trus menghujam tubuhku bertubi-tubi. Otomatis saya menjauhi orang yang masih memukul tubuhku. Ketika kulihat siapa kah dia, ternyata seorang Perempuan tua (simbah-simbah) dengan sebuah tongkat, dan sekarang tongkat itu digunakan memukulku.
Setelah sukses menjauhi dari ayunan tongkat itu.
Saya bertanya kepada simbah itu "kenapa e mbah"
Embah itu menjawab dengan bicara komat-kamit yang sama sekali tak kupahami arti dari perkataannya.
Makin bingung lah saya,
Tiba- tiba seorang bapak dengan Baju dinas parkiran, mendekati saya dan bicara:
" Mbak itu dipukul, karena simbahe mikir mbak e ki motret. "
"Motret apanya Pak?!" Tanyaku heran karena tidak mengerti sama sekali.
" Mbahnya mikir. Mbak motret dia. Dia gak suka kalau ada yang men-foto dirinya" keterangan bapak parkiran yang membuat saya sedikit paham
"Loh tapi saya tidak motret mbahnya loh Pak" ujarku
" Tadi embak kan megang HP. Mungkin dipikir mbahnya, embak sedang foto dia"
Ya ampun!
Ya Kali dah.
Ya Kali dah.
Lalu dari cerita ini, apa yang saya ambil?!
Terkadang ada beberapa kesalahan yang bukan kita berbuat (anggap saja banyak photographer sebelum nya me motret embah tadi, tanpa pamit dan mungkin ada kisah buruk).
Lalu kamu disalahkan?
Sudah disalahkan, kamu tidak dikasih kesempatan menerangkan?
Terkadang ada beberapa kesalahan yang bukan kita berbuat (anggap saja banyak photographer sebelum nya me motret embah tadi, tanpa pamit dan mungkin ada kisah buruk).
Lalu kamu disalahkan?
Sudah disalahkan, kamu tidak dikasih kesempatan menerangkan?
Kalau ada kesempatan,
Satu :" kesempatan untuk adu mulut, atau memukul simbah itu balik?!"
Kesempatan lain nya adalah : pergi meninggalkan masalah itu, dan merasa tidak level jika saya harus beradu mulut dengan simbah simbah yang memiliki otak sudah tidak produktif Lagi.
Satu :" kesempatan untuk adu mulut, atau memukul simbah itu balik?!"
Kesempatan lain nya adalah : pergi meninggalkan masalah itu, dan merasa tidak level jika saya harus beradu mulut dengan simbah simbah yang memiliki otak sudah tidak produktif Lagi.
Ya, tidak semua kita harus membela diri, sekali pun kamu benar ada nya, apalagi kamu tahu bawa lawanmu waktu itu tak selevel denganmu (termasuk orang bersekolah tinggi, bahkan professor sekalipun). IQ yang baik belum tentu memiliki EQ yang baik jg.
Didepan manusia tidak perlu membela diri,
Ada Kemuliaan yang menantimu. . .
Ada Kemuliaan yang menantimu. . .
Komentar
Posting Komentar